Tuesday, March 10, 2015

Jaringan Infrastruktur

Tipe kedua struktur jaringan yang didukung WLAN IEEE 802.11 adalah setiap station membutuhkan access point untuk saling berkomunikasi. Tipe struktur jaringan ini menggunakan access point sebagai relay antar station nirkabel atau antara station nirkabel dengan infrastruktur berkabel atau disebut dengan Infrastructure Basic Service Set. Gambar 2.5 mengilustrasikan contoh IBSS.

2.5
Dikarenakan access point menyebabkan station nirkabel berkomunikasi dengan Access point yang menyampaikan/meneruskan setiap frame, menjadi memungkinkan cakupan area konfigurasi ini empat kali lebih luas dari IBSS. Hasil ini didapat dari fakta bahwa access point dapat menambah jarak cakupan menjadi dua kali lebih luas didalam infrastruktur BSS. Dari rumus luas area PIr^2 dimana r adalah radius, maka dengan menambah dua kali radius menyebabkan area cakupan meningkat empat kali.

ESS (Extended Service Set)

Dikarenakan sifat sinyal yang menyebar melalui udara, infrastruktur BSS mempunyai jarak cakupan yang terbatas. Untuk menambah area cakupan membutuhkan instalasi satu atau lebih tambahan access point. Access point yang lain membentuk satu infrastruktur BSS yang baru. Koneksi antara dua atau lebih access point terjadi dengan menggunakan DS (Distribution System). Fungsi DS adalah untuk koneksi antar access point dan station pada masing-masing infrastruktur BSS. Sebagai tambahan, DS memperbolehkan frame-frame mengikuti station bergerak ketika station tersebut bergerak dari satu BSS ke BSS yang lain. Koneksi antara dua atau lebih infrastruktur BSS menghasilkan ESS. Gambar 2.6 merupakan contoh dari jaringan ESS (Extended Service Set).

2.6

Access point berkomunikasi satu dengan yang lain melalui DS yang biasanya adalah wired LAN. Seperti pada Gambar 2.6, tiap BSS memiliki daerah cakupannya sendiri. BSS dapat secara sebagian atau keseluruhannya overlap dengan BSS lainnya tanpa terjadi masalah. Standar IEEE 802.11 memungkinkan BSS dapat melakukan overlap terhadap BSS lain tanpa masalah dikarenakan penggunaan kanal frekuensi yang berbeda. Untuk memastikan station berkomunikasi dengan access point yang benar dan berfungsi sebagai hub antar BSS, digunakan pengenal atau pengidentifikasi yang disebut SSID (Station Set ID) yang berfungsi untuk mengidentifikasi setiap access point.

Physical Layer ( Layer Fisik )Layer Fisik merupakan layer paling bawah dari konsep model referensi pertukaran data jaringan ( model referensi OSI (Open Standard Interconnection) ).Tanggung jawab utama dari layer ini hanya berkisar pada fungsi pengaturan interface, seperti bagaimana teknik transmisi dan bagaimana bentuk-bentuk interkoneksi secara fisik. Layer fisik dalam setiap definisi jaringan selalu berhubungan dengan karakteristik modulasi dan pensinyalan data serta proses transmisi dari bit-bit dasar melalui kanal komunikasi. Layer fisik dalam jaringan wireless LAN 802.11 terdiri dari 2 bagian sublayer, yaitu PLCP (Physical Layer Convergence Protocol) sublayer, dan PMD (Physical Medium Dependent) sublayer. PLCP merupakan layer yang berfungsi untuk melakukan hubungan komunikasi dengan MAC Layer dengan menggunakan layanan primitive dari layer fisik melalui

Service Access Point (SAP). SAP merupakan lokasi konsepsual dimana salah satu layer OSI dapat meminta layanan ke layer OSI yang lain. PMD merupakan sublayer yang berfungsi untuk menjaga proses pentransmisian dan penerimaan unit data dari layer fisik diantara 2 station melalui medium wireless. Gambar 2.7 menunjukkan layer fisik pada jaringan WLAN 802.11 [6].

Dalam spesifikasi Wireless LAN terdapat beberapa implementasi physical layer yang berbeda, yaitu Direct Sequence Spread Spectrum ( DSSS), Frequency
Hopping Spread Spectrum ( FHSS ), Orthogonal Frequency Division Multiplexing ( OFDM ), dan Infrared ( IR )[3][5].
Direct Sequence Spread Spectrum ( DSSS)
Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) adalah metode lain dari komunikasi broadband RF yang pada awalnya disediakan untuk komunikasi lingkungan militer. Pada DSSS, kode penyebaran digunakan untuk menyebarkan tiap bit data menjadi rentetan bit-bit termodulasi untuk transmisi melalui frekuensi yang tinggi dan jangkauan yang jauh. Umumnya peralatan IEEE 802.11b menggunakan DSSS untuk memancarkan datanya yang memberikan kecepatan sekitar 11 Mbps. Setiap stasiun pemancar akan mengkonsumsi bandwith sekitar 22 MHz.

Frequency Hopping Spread Spectrum ( FHSS )Dalam sistem FHSS (Frequency Hopping Spread Spectrum), pembangkitan acak semu digunakan untuk mengganti frekuensi-frekuensi secara periodik, memungkinkan station untuk melompat dari frekuensi yang satu ke frekuensi yang lainnya. Untuk itu, alat yang digunakan pada sistem WLAN harus memiliki algoritma yang sama. Walaupun penggunaan FHSS dalam WLAN tidak menyebabkan gangguan, komunikasi dapat menyebabkan gangguan dari alat yang lain yang beroperasi pada pita frekuensi 2,4 GHz. Namun, karena station WLAN menggunakan FHSS yang hanya menghabiskan waktu sedikit (bergantung pada waktu penempatan) yaitu pada tiap frekuensi diutamakan untuk loncatan berikutnya, teknik ini mengurangi efek gangguan komunikasi.
Orthogonal Frequency Division Multiplexing ( OFDM )Orthogonal Frequency Division Multiplexing ( OFDM ) adalah sebuah teknik transmisi multicarrier,dimana aliran data serial laju tinggi dibagi kedalam sekumpulan subcarrier data dengan laju yang rendah.Masing-masing subcarrier data dengan laju yang randah ini dimodulasikan pada subcarrier yang terpisah.
Infrared ( IR )Infrared ( IR ) menggunakan sistem transmisi penghamburan sinyal dengan frekuensi 1 Mbps dan 2 Mbps yang hanya dapat mentransmisikan data pada jarak yang pendek.

No comments:

Post a Comment